Gameover

12 jam tak kunjung selesai semua kegamangan dan peperangan kata mengelilingi sudut rumah. Aku bukan tak usaha. Aku bukan hanya ingin menuntut keinginan ku agar terkabul. Aku IRI dengan perbedaan hak anak. Setiap anak berhak menyatakan pendapat kan?. Aku bukan memaksa. Apa yang salah dengan pendapatku?. Apa yang salah dengan ucapanku, disetiap kata aku bergumam selalu ada list berita yang menilai aku adalah negatif.


Apa yang membuat kalian berat dengan hadirnya aku? Dengan hidupnya aku dan gak mati-mati? Ini anak penyakitan ko ga mati-mati yah? HAHHAHA (nevermind). Ibu. Selalu memperhitungkan besarnya pengeluaran yang kamu keluarkan di setiap detiknya aku bernafas. Hanya padaku. Untuk apa punya anak?

Ibu yang melahirkan aku. Ibu yang membesarkan aku. Berapa juta kata yang ku lontarkan menyakiti hati Ibu?. Berapa juta kali tatapan mataku menantang ucapan yang menggores?. Sebut saja aku durhaka. Aku manusia. Sulit menerima perlakuan dan kata yang menusuk. Maaf. Beribu maaf aku lontarkan disetiap waktu aku meneriakkan pemikiranku yang tak seimbang dalam hati. Seberapakah berartinya hidupku dimata ibu?. Pentingkah aku ada disini?

Apa yang Ibu pilih selalu aku ikuti.
Aku mau kuliah disini, aku pengen jadi Arsitek Internasional.
Jangan, kamu mau jadi apa nanti? udah disini aja
Aku mau jadi musisi, pengen kuliah disini
Jangan, kamu mau jadi apa sih? udah disini aja

Aku mempersilahkan Ibu untuk membaca tulisan ku. Aku mempersilahkan Ibu untuk menatap kembali kebelakang. Pernah kah kamu berkata " Kalo anak dipaksain kedepannya ga akan bener!!". Apa Ibu lupa dengan apa yang sudah Ibu ucap?. Ibu tidak memaksa. Aku hanya menuruti apa kemauanmu. Maaf jika otakku tidak sempurna untuk menyeimbangkan pemikiran yang lain. Maaf jika dompetku masih Ibu isi penuh demi kelancaran hidupku.

Anak mana yang tak ingin sukses?. Anak mana yang ingin diam menganggur dirumah dan hanya bisa meminta nantinya?. Tak pernahkah kamu mendengar keluh kesahku tentang pelajaran ini dan itu?. Tentang ketidaksukaanku pada matkul ini dan aku paksakan untuk bisa hingga fisikku down?. Tak pernah kah kamu mendengar aku meminta izin untuk kerja sampingan demi meringankan keringat anda yang terus mengucur?. Bukankah ini niat tulusku?.
Jangan kerja, kesannya ibu ga biayain kamu. Ibu dan Bapa masih mampu buat biayain kuliah kamu

Menit tadi Ibu kembali mengeluh. Berenti kuliah cari kerja, kalau kamu masih pengen main-main sama hobi kamu.

Terima kasih, dan dengan tulus aku mendengar semua keluhan ibu. Buu, aku sedih. Ternyata tidak ada sedikitpun dari diriku yang bisa membuatmu bangga.  Aku bukan main-main dengan lukisan, aku tidak buang-buang waktu dengan musik, aku bukan buang-buang uang dengan pameran dan gallery yang selalu aku kunjungi . Aku bukan hanya ingin bersenang-senang dengan teman yang aku pilih. Usahaku untuk membaca not balok sendiri dan belajar piano klasik tanpa bantuan siapapun dapat dipandang, usahaku untuk mengalahkan skill adikku dalam bermain piano karena dia sekolah musik dan aku tidak, usahaku agar kemapuanku dalam melukis diakui semua tak berarti.

Maaf dan beribu kali maaf. Mungkin ini inginnya ibu. Tanpa teman. Anak tak pandai bersosialisasi dan menggunakan separuh hidupnya hanya untuk belajar dan bekerja. Semua yang aku lakukan dan aku pilih selalu salah dimatamu. Mulai detik ini aku janji untuk meninggalkan semuanya. Hobiku. Dan cita-citaku. 

0 comment: