Masa Depan

"When you have good reasons for doing something, think about them often—visualize them if possible—and use them to motivate yourself." ~Cara Stein~


Malam ini.
22.05.

Dimana segenap kegelisahan dan kegamangan yang berkutat berkumpul, membeban. Malam mendung dimana aku yang terlihat bodoh berusaha mencari titik terang letak sang bintang. Dingin yang menusuk. Pemikiran yang dangkal. Satu topik. FUTURE!!.

Bukan aku cengeng dan lemah. Lihatlah betapa kuatnya aku disini menentang arus dan waktu. Banyak yang terkutip menghasilkan buah pemikiran. Pemikiran dan berpikir. Ingin aku mendesah mengeluh. Itu memang selalu aku lakukan disetiap aku merasa otakku sudah stuck dan buntu.

Tadi pagi sesaat aku ada kelas di kampusku, aku menggambarkan temanku sesuatu sesuai apa yang dia inginkan. Teman yang lain pun dengan asyik memperhatikan aku menggoreskan pensil garis demi garis. Tanpa aku sadari mereka tenggelam didalam pemikiranku yang kosong. Mungkin mereka benar menebak apa yang sedang aku fikirkan. Air mata tak ingin aku keluarkan. Sekali lagi aku katakan aku bukanlah wanita lemah yang mudah menangis. 

Kegiatan kampus berlangsung singkat, dimana dosen hanya membagikan nilai hasil UTS. Ya Allah sebodoh dan se-tolol apa aku ini sampai-sampai nilai UTS ku buruk??. Baru kali ini. Hal apa yang mempengaruh?. Ya, aku hanya bisa tersenyum bulat dengan pandangan kasihan. Aku mencoba menyembunyikan rasa kecewa, marah, agar mereka tak melihat apa yang aku rasa. Menangispun sangat ingin, sampai-sampai seorang teman Shanti bertanya "Kamu tuh kenapa ko nilai jadi begini?" | Aku hanya bisa menjawab dengan senyum pasrah. 

Apa sih masa depan? Apa sih cita-cita? dan Apa kemampuanku? Sampai sekarang sendiri aku tak pernah tahu akan jadi sosok apa aku nanti tanpa kemampuan yang pasti. Keterpaksaan otakku mengolah data, program C++ kah atau yang lainnya. Ini bukan keinginanku. Ini bukan cita-citaku. Ini memang pilihanku akan pilihan orang tuaku. Pernah aku mendengar kalimat demikian "Seorang anak akan sukses bila menuruti apa yang orang tuanya katakan". Tapi dengan keterbatasan otakku apa bisa semua ini terjadi?. Wallahualaam.

Hanya harap dan mimpi saja yang membayang dan menjejak disetiap ke-egoisanku yang menggebu. Aku butuh semangat itu. Aku butuh kepercayaan itu. Aku menyemangati sesak yang tersisa dalam bulir tangisanku waktu itu. Aku mencoba untuk bangun. Aku harus bisa. Aku hanya berharap Allah selalu menuntunku dan menguatkan hatiku di setiap aku melangkahkan kakiku menuju gerbang masa depan. Amin.




Aku dan Masa Depan

0 comment: