Bulan bercahaya menerangi gelapku. Matahari semakin mengumpat menjauh dari posisiku saat itu. Semakin jelas dentingan suara jam dinding yang berdetak tiap detiknya. Hewan malam semakin bersahabat dengan kegelapan. Aku tersudut. Aku terasing. Terduduk di sudut kamar dikelilingi dingin yang menusuk kulitku. Aku kembali memeluk kaki, mencium lututku, tertunduk, berdiam. Mencari penyebab apa yang telah membuat segala pemikiran itu terlihat salah dan fatal untuk di daur ulang kembali. Hanya tangis air mata yang dapat menjawab segala gamang yang tergantung dan terikat oleh serabut otak pemikiranku. Tak teraba sagn hati, apa yang sedang otakku simpan. Tak tertebak sang otak, apa yang sedang aku rasakan saat itu. Sudah cukup! ! ! Biar aku yang menyimpannya. Dan angin menyampaikan dukanya kepada sang malam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment