Mencintai Apa yang Bukan Aku Cintai

Disaat cinta tak dapat menggapai citanya, ada harap yang memeluk citanya. Waktu yang semakin membatas mengecilkan ruang untuk berekspresi. Lukisan, musik, dan sastra. Terkadang pemikiran mempertanyakan keadilan. Aku hanya menuntut hak untuk mengapresiasikan ekspresiku, kecintaanku, dan keinginanku. Apa selalu Takdir yang harus dipersalahkan?. Dengan mengumpat dari kesalahan, mengatas namakan takdir. Apa cita-cita tak tergapai itu takdir?. Apa kesempatan lenyap itu takdir juga?. Sejauh mana pandangan itu akan lenyap, hingga pada saat akhirnya aku mendapatkan kesempatan itu?. Apakah benar umurku terlalu sempit untuk kembali memulainya dari nol?, sedangkan emas berlianmu mendapatkan kebebasan untuk memilih mana yang paling dia cinta. Haruskah aku mengalah setiap waktunya? Yang pada saatnya aku sendiri yang selalu tertipu oleh waktu dan kemampuanku. Bahkan untuk mengatakan lelah pun sepertinya haram untukku. Sudahlah. Jikalau Dia mengatakan ini takdirku, mungkin Dia sudah menyalahi takdirku yang telah dituliskan oleh Allahku. Ataukah ini benar takdirku? Mencintai apa yang bukan aku cintai?


Hitammu



Selalu ada kejutan yang lebih tak terduga dibalik kepercayaan yang terpampang. Dan tertipu jelas ketika semua itu sedikit melesat dari penglihatan. Apa yang tergenggam dari penglihatan tak selamanya benar. Apa yang terlihat dari setiap prakata yang terucap tak selamanya nyata. Di sebrang mana aku harus melompat? Dilubang gelap yang mana aku harus mengumpat? Kebohongan yang mana yang kamu sembunyikan? Goresan yang mana yang belum aku ketahui? Haruskah aku menjadi Tuhan agar hitammu dapat terlihat dengan mata telanjang? Ataukah gembok penyatu ini aku lepas agar kamu benar-benar terbebas dari penglihatanku? 





Matikan Lilinku


Berandai lilin yang sedang menyala itu adalah aku
Berandai cahaya yang terang pada lilin itu adalah nyawaku
Buat cahayanya meredup
hapus aku dari sketsa cerita hitam
Buat aku menghilang
hingga dunia tak mengenal namaku
Buat mereka yang ku cintai lupa padaku
hingga mereka lupa dengan goresan palsu itu
Buat badai angin terdahsyat
hingga debu menghapus segala jejak



Tertulis Untuk

Teruntuk seseorang yang tidak pernah ku ketahui identitasnya

Teruntuk seseorang yang tidak pernah ku ketahui maksud dan tujuan melakukan penghinaan ini

Teruntuk seseorang yang aku fikirkan siapa dalam tanda tanya


Dan ketika cinta tak tergenggam, alangkah baiknya berkaca dan mencari yang terbaik. Bukan menjatuhkan dan memfitnah orang yang paling dicintai oleh orang yang kamu cintai. Aku tak mengganggu, aku sudah tak punya hati dengan hatimu itu. Permainanmu terlalu busuk. Ini sudah diluar batas kekejaman manusia. Tak pernah kah terbesit dalam benakmu, apa yang kamu rasakan bila ini terjadi pada diri kamu?. Hentikan ini semua. Semua ingin hidup tenang. Semua ingin bahagia, tanpa usikkan mu. Buat orang yang paling kamu cintai itu menghargai perasaanmu dengan sikap positifmu. Buat orang yang paling kamu cintai itu bertanggung jawab atas apa yang kalian lakukan. Jangan kaitkan namaku dengan kesakitanmu. Aku hanya bagian dari cerita masa lalu orang yang paling kamu cintai. Aku punya hati. Jangan sakiti orang yang aku cintai dengan goresan palsu yang telah kamu suarakan pada dunia. Buat dirimu lebih berharga dengan menghargai dan menghormati orang lain. Jangan sakiti kedua orangtuaku. Jangan sakiti orang-orang terdekatku. Jangan mengumpat. Jangan bermain piasu dari belakangku. Bunuh aku bila itu yang kamu inginkan. Jangan kaitkan orangtuaku dan orang yang paling aku cintai. Tunjukkan dirimu yang nyata. Tunjukkan bahwa dirimu bukan pengecut. Katakan pada mereka jikalau kamu bukan binatang. 





Kertas Penenun Rindu

Terduduk diam sesosok gadis di tepi sungai. Sambil memperhatikan alir arus membawa pergi warna-warni perahu kertas yang ia buat. Sambil menopang dagu, ia melengkungkan bibirnya dibawah terik sang bulan. Tak lama, ia mengambil gitar kesayangannya. Tak jelas petikan apa yang ia mainkan. Tak membentuk rangkaian nada. Terlukis oleh suasana malam yang lembab, gadis itu melantunkan prakata rindu. Terdengar lembut dan gundah. 

Rindu dan Malam

Keringat dingin mulai menyetubuhiku. Bisikan gelap mendebarkan jantungku. Namamu mulai menjelma menjadi sebuah ketakutan. Di sudut malam yang mana kita akan kembali bertemu? Dimana kamu memeluk jemariku dengan kepalan tanganmu. Tak tertebak oleh akalku. Sudah berapa lama waktu menyembunyikan ragamu? Wangi tubuhmu hanya dapat kuingat samar. Hanya kalimat "Aku Cinta Kamu" lah yang ku ingat sampai detik ini. Cincin yang kupakai ini selalu aku ajak bicara. Berandai kisah Alladyn terjadi padaku, saat ku sentuh kau akan muncul disini, menemani sendiriku. 

Pemikiran Tak Jelas

Sebuah pengalaman terindah adalah ketika apa yang saya percaya saya sanggupi dan saya bisa, disukai oleh banyak orang. Musik salah satunya, entah apa penyebabnya. Saya dapat menghabiskan segala waktu yang saya miliki hanya untuk musik. Dan entah apa penyebabnya, saya lebih mudah mengabaikan tugas saya sebagai mahasiswa untuk lebih fokus terhadap Penulisan Ilmiah yang dua bulan akan datang harus selesai, menunggu acc dari sang kampus, lalu daftar sidang. Ahh rasanya kurang adil jika saya belum berhasil menggapai apa yang saya cita-cita kan selama ini. Saya masih ingin menjadi anak Band. Saya masih ingin berleha-leha bersama kawan sejati. Saya masih ingin bermain-main. Satu tahun lagi, waktu yang akan lebih menegangkan mungkin untuk saya pribadi. Menghadapi pilihan antara Skripsi dan Sidang 3 Matkul Pilihan. Dan setelah itu lulus, mudah-mudahan lulus Amin ya Allaaah Amiiin. Setelah lulus mencari pekerjaan. Adakah perusahaan yang ingin menerima saya? Cukup membingungkan, dimana skill saya lebih mencondong ke musik dibanding IT . Yang saya butuhkan saat ini adalah seorang lelaki mendatangi ke-dua orangtua saya, dan meminta izin untuk meminang anak pertamanya. AAAAAH. Sungguh tak sabar, ingin segera bebas dari tugas ini,



Sendiri


Hati tak pernah menuntut lebih. Sungguhlah jauh dari sempurna. Penuh dengan kekurangan. Tak memaksakan kau tuk tetap tinggal. Dan tak melarang kau tuk pergi. Cukup bersadar diri dengan yang lalu. Maaf hati terlalu takut dijadikan pemanis, juga keras pada pemikiran. Katakan jika lelah. Aku terima. Jangan salahkan pada kecintaan. Karena murninya rasa tak dapat merekayasa setiap amarah yang terbakar. Berandai tiada lalu pada kisah, aku tak mungkin menjadi sesorang wanita dengan pemikiran yang dangkal. Tak sampai hati menyamakan dengan yang terdahulu. Ini murni dari rasa takutku. Rasa takut yang selalu membayang. Disudut mana ketika rindu dan cinta membisik, curiga dan amarah bertemu?. Jangan kau jawab. Tak satupun dari kita dapat menjawabnya. Biarkan aku disudut sini, gelap dan hening. Biarkan selimut dingin memeluk raga yang terkaku dalam ketakutan. Dan aku akan kembali ke peraduan ku, memohon yang terbaik dari segalanya. Pun agar kita dapat menemukan rahasia-Nya. Aku hanya ingin sendiri. Berikan waktuku. Biarkan waktumu menungguku. Tak kupaksakan kau untuk menunggu. Semua tak apa. Sekali lagi pemikiranku yang terlalu dangkal. Yang telah menghancurkan semua kesenangan dalam kisah. Dan memenjarakan kita dalam rundung permasalahan.


Bahagia



Bahagia itu sederhana. Ucapkan saja cinta kepada orang yang paling kita cinta. Dan tunggu jawabannya. Nyanyikan lagu yang paling kita suka. Mainkan musiknya. Ikuti alunan lagu tersebut. Menari dan berdendanglah. Bahagia itu akan datang...  


Indera Malam




"Biarkan gelap mendekap. Biarkan sang bulan mengalahkan gelapnya~Firza Diantry"

Rasanya malam adalah sahabat yang paling lekat dan dekat. Setiap terang mengumpat, sang gelap bersorak meneriakkan kemenangannya. Malam adalah dimana serabut otak kembali terhimpit dan tertindih oleh bisik-bisik pemikiran yang menurut sang hati tak perlu lagi terlihat oleh akal. Indera perasa ini lebih peka dan cerdas ketika malam menyerang indera pemikiran, bukanlah lidah, tapi hati. Bagaimana tidak? Entah memiliki kemampuan lebih atau tidak, tetapi setiap malam sang hati lebih cekatan dalam menangkap bayang-bayang cerita yang sudah terlupa. Dan sang pendengar, seolah menutup telinganya oleh kalimat yang telah terucap oleh sang terang.

Bisikkan


Aku terduduk diam, kepalaku menenggak memperhatikan langit yang sedang menghujan yang sedari tadi tak juga kunjung berhenti. Udara kurang bersahabat, nafas agak sesak, dan aku hanya memakai cardigan yang tak layak dikatakan pakaian hangat. Disudut kampus, lantai 3. Sendiri mendengarkan lagu yang sudah setia menjadi playlist favourite di Handphoneku. Sambil menunggu Rizky kembali dari membeli minum. Terlintas sebuah pemikiran lama. AAAAAH rasanya otakku ingin meledak. Dadaku semakin menyesak, bukan karna asma yang biasa kambuh, tetapi pemikiran dangkal yang kembali datang menghimpit serabut otak dan menyerang otot tubuhku hingga melemas.

Surat Hati


Katakan saja bila itu indah
Katakan saja bila kamu ingin
Katakan saja bila rasa mu membusuk
dan mengganjal di pemikiranmu
Aku hanya ingin kamu ada
Aku hanya ingin kamu tahu
Harus berapa lama aku menunggu ?
Harus seberapa jauh aku menempuh?
agar kita dapat berbincang lepas..
Satu kata saja, katakan kamu cinta
dengan tulus, tanpa candamu
Satu menit saja...
Luangkan waktumu
Agar kamu bisa menatap mataku
yang juga menatap matamu sedari tadi
Sabarkan hatimu bila pemikiranku dangkal
Lemaskan tanganmu, jangan kau kepal bila kau marah
Katakan saja bila kamu kesal
Banyak kata maaf terlempar dari mulutku
Aku sedang terserang penyakit LABIL
Mudah marah, mudah tersinggung dan mudah mengucurkan air mata
Tenangkan hatimu
Beri aku waktu
dan luangkan waktumu
Agar kamu dapat memahami
Kosongkan tanganmu
Beri aku waktu
Agar aku dapat menggenggam tanganmu yang tadi mengepal
Dinginkan pemikiranmu
Beri aku waktu
Agar kamu bisa mendengar bisikan ku yang tadi tertahan
Bahwa aku cinta

















 Surat Hati Untuk Si Kribo..


Bahagia

Cerita cinta yang terlukis
dan terangkai indah dalam kata bermakna.
Biar segala kagum menghiasi kebahagiaan kami
Biar segala luka menghiasi perjalanan cinta kami
Biarkan kami melangkah dan berbahagia
 Tawa kami adalah obat penenang hati dari segala benci
Aku cinta petualangan ini








Fur Elise


Denting piano berlagu melantunkan nada indah mengalun di setiap jemari ku menari. Sebuah lagu klasik karya Ludwig Van Beethoven, Fur Elise. Lagu yang indah. Selalu aku mainkan dikala pemikiran sedang menggebu. Lagu pertama yang bisa aku mainkan, menjadi bekal  kemampuanku dalam memainkan lagu klasik. Mendorong semangatku untuk belajar dan kembali belajar mengenal not balok. Fur Elise membuatku kagum akan cinta yang terpendam lama, hingga pada saat akhirnya tertepuk sebelah tangan. Hanya pencipta yang tahu. Dan pencinta yang mengenal secara dalam indah dan megah lagu yang dimainkan oleh ketulusan hati yang dalam.

Malam

 
Bulan bercahaya menerangi gelapku. Matahari semakin mengumpat menjauh dari posisiku saat itu. Semakin jelas dentingan suara jam dinding yang berdetak tiap detiknya. Hewan malam semakin bersahabat dengan kegelapan. Aku tersudut. Aku terasing. Terduduk di sudut kamar dikelilingi dingin yang menusuk kulitku. Aku kembali memeluk kaki, mencium lututku, tertunduk, berdiam. Mencari penyebab apa yang telah membuat segala pemikiran itu terlihat salah dan fatal untuk di daur ulang kembali. Hanya tangis air mata yang dapat menjawab segala gamang yang tergantung dan terikat oleh serabut otak pemikiranku. Tak teraba sagn hati, apa yang sedang otakku simpan. Tak tertebak sang otak, apa yang sedang aku rasakan saat itu. Sudah cukup! ! ! Biar aku yang menyimpannya. Dan angin menyampaikan dukanya kepada sang malam.

Dalam Diam (2)

"Dalam diam. Aku merasa takut kesempatanku akan lenyap dan tak nyata. Dalam diam. Aku berhalusinasi menciptakan mesin waktu agar aku dapat mengatur segala waktu yang terputar. Dalam diam. Tersirat moment terindah yang terkhayal impian."


Ahh semoga bukan hanya dalam diam saja mimpi tersirat itu datang


Dalam Diam

" Segala yang terharap, selalu ingin aku dapatkan. Segala yang indah, selalu ingin aku dekap seutuhnya -Firza"