Sebuah rasa sesal akan roh kehidupan yang menghuni dalam ragaku. Mengapa harus aku?. Ketidak sepahaman akan beribu pemikiran. Mengapa harus kita?. Ngilu dan iri ketika melihat mereka dengan pemikiran yang sama. Kompak. Aku, dalam hidupku. Jarang terbebaskan akan mimpi dalam hasrat. Sia-sia. Semua kata yang terucap dalam benak hanyalah sampah. Aku memang terlahir hanya menjatuhkan beban dan masalah tak terkira. Harap dan doa pada-Nya tak terhitung. Aku sakit, apa mereka tahu? Aku lelah, apa mereka peduli? Aku berusaha, apa mereka melihat?. Tulus dalam hati aku korbankan harap dan mimpiku. Terlintas bayang berbisik "Aku ingin tidur panjang dan bermimpi seluas ku inginkan!".
Terlalu sering , sampai-sampai hal tersebut menjadi suatu do'a untukku. Kapan mereka bisa dengan bangga menyebut namaku?. Kapan mereka dengan senang hati menyambut karya hasil buah pemikiranku?. Aku hanyalah beban. Perjalanan akan sebuah pencapaian dalam keterkungkungan yang selalu aku rasa.
Apa mereka tahu yang selalu aku fikirkan selama masa-ku ini?. Aku ingin mereka bahagia. Jikalau kehadiranku hanya membuat sesak, aku ingin mereka berkata secara gamblang tanpa harus mengeluh dan memperhitungkan besar materi yang mereka keluarkan demi kelangsungan hidupku selama ini. Otakku selalu membata. Bukan aku tidak berusaha. Sungguh aku berusaha. Ini karena keterbatasan, dimana otakku tidak bisa terprogram secara maksimal dan sempurna. Aku gagal. Hatiku berkata "Aku hidup dalam kepura-puraan mimpi dan hidupku" Senyum dalam kebohongan. Anggap saja aku tak pernah merasa sesak dan sakit. Anggap saja aku tidak pernah merenungi nasib. Anggap saja aku tidak pernah menangisi waktu. Anggap saja aku bahagia
Terlalu sering , sampai-sampai hal tersebut menjadi suatu do'a untukku. Kapan mereka bisa dengan bangga menyebut namaku?. Kapan mereka dengan senang hati menyambut karya hasil buah pemikiranku?. Aku hanyalah beban. Perjalanan akan sebuah pencapaian dalam keterkungkungan yang selalu aku rasa.
Apa mereka tahu yang selalu aku fikirkan selama masa-ku ini?. Aku ingin mereka bahagia. Jikalau kehadiranku hanya membuat sesak, aku ingin mereka berkata secara gamblang tanpa harus mengeluh dan memperhitungkan besar materi yang mereka keluarkan demi kelangsungan hidupku selama ini. Otakku selalu membata. Bukan aku tidak berusaha. Sungguh aku berusaha. Ini karena keterbatasan, dimana otakku tidak bisa terprogram secara maksimal dan sempurna. Aku gagal. Hatiku berkata "Aku hidup dalam kepura-puraan mimpi dan hidupku" Senyum dalam kebohongan. Anggap saja aku tak pernah merasa sesak dan sakit. Anggap saja aku tidak pernah merenungi nasib. Anggap saja aku tidak pernah menangisi waktu. Anggap saja aku bahagia
0 comment:
Post a Comment