Bisikkan


Aku terduduk diam, kepalaku menenggak memperhatikan langit yang sedang menghujan yang sedari tadi tak juga kunjung berhenti. Udara kurang bersahabat, nafas agak sesak, dan aku hanya memakai cardigan yang tak layak dikatakan pakaian hangat. Disudut kampus, lantai 3. Sendiri mendengarkan lagu yang sudah setia menjadi playlist favourite di Handphoneku. Sambil menunggu Rizky kembali dari membeli minum. Terlintas sebuah pemikiran lama. AAAAAH rasanya otakku ingin meledak. Dadaku semakin menyesak, bukan karna asma yang biasa kambuh, tetapi pemikiran dangkal yang kembali datang menghimpit serabut otak dan menyerang otot tubuhku hingga melemas.

Suhu tubuh yang mendingin, keringat mengucur. Ketakutanku menghampiri kedua telingaku, membisikkan sang waktu. Kupeluk diriku, mencium lututku, dan aku menunduk. Rasanya tak kuasa memandang sang hujan yang sudah menciptakan suasana tragis dalam hayal. Lalu lalang manusia-manusia pencari ilmu dan cinta tak terhiraukan. Aku semakin merasa tersudut dan sendiri. Harus bagaimana? dan harus apa? aku hanya bisa bertanya-tanya pada diriku sendiri. Menunggu sang hati menjawabnya. Tak terasa pandanganku mulai buram, mata mulai membasah. 

Tak lama, Rizky datang membawa sebotol minuman untukku. Bergegas kukeringkan mata yang tak sempat menangis. Ia tersenyum, ini cukup menenangkan hati yang tadi terhimpit oleh bisikan pemikiran. Sungguh dalam hati aku menyayanginya. Sangat berat bila aku harus berpisah dan berharap itu tidak akan pernah terjadi. Aku tersenyum dan ia menggenggam tanganku erat, dalam pemikiranku aku menangis. Sampai akhirnya hatiku menjawab. Biar segalanya berlalu. Syukuri apa yang sudah aku dapatkan. Biar sang waktu menyimpan rahasianya. Berbahagialah dengan siapa yang kini dengan ikhlas mau menerimaku apa adanya aku. Terimakasih Tuhan.



1 comment: