Keringat dingin mulai menyetubuhiku. Bisikan gelap mendebarkan jantungku. Namamu mulai menjelma menjadi sebuah ketakutan. Di sudut malam yang mana kita akan kembali bertemu? Dimana kamu memeluk jemariku dengan kepalan tanganmu. Tak tertebak oleh akalku. Sudah berapa lama waktu menyembunyikan ragamu? Wangi tubuhmu hanya dapat kuingat samar. Hanya kalimat "Aku Cinta Kamu" lah yang ku ingat sampai detik ini. Cincin yang kupakai ini selalu aku ajak bicara. Berandai kisah Alladyn terjadi padaku, saat ku sentuh kau akan muncul disini, menemani sendiriku.
Gambar ini selalu ku pandang dikala aku mulai melupakan wajahmu, wajah ceria kita sangatlah asli tanpa rekayasa.
Dinginnya malam melemparku kedalam curam kesedihan yang pernah ku alami,
memainkan kembali rekaman cerita yang pernah terangkai indah. Tak sempat
terangkul olehku, kamu lebih dulu meninggalkannya. Segala cerita kamu
tinggalkan dengan senyum pucat yang saat itu aku lihat terakhir kalinya. Tak
inginkah kamu memberiku waktu untuk kita tinggal bersama?. Aku membuatkan kamu
kopi hangat dan seketika kamu mencium keningku mengucap pujian indah bermakna
tiap harinya. Ribuan kata berkumpul menjadi persyaratan yang dulu pernah kamu
lemparkan, sudah aku lakukan. Kamu ingin aku menutup seluruh auratku sebelum hari itu tiba. Kamu ingin aku menyelesaikan Tugas Akhirku. Semuanya sudah sayang, sudah.
Cincin yang kita katakan sebagai simbol. Mengikat janji se-iya semati. Sampai waktu tak
sempat memakaikan cincin ini. Aku yang memakainya sendiri. Aku yang selalu tersenyum sendiri, berharap ragamu membayang didepanku. Hanya harapan, ini hanya impian. Kamu sudah tak lagi ada. Jiwamu hidup di alam sana. Bolehkan aku menyusul? Hanya harap yang selalu ku katakan pada peraduanku. Hanya pesan yang dapat kusampaikan pada angin malam yang selalu memeluk tubuhku dengan dinginnya. Sungguh ini hanya ungkapan rinduku. Selamat tinggal sayang. Kisahkan cerita kita pada malaikat disana. Agar malaikat mendengar, kita tak dapat dipisahkan.
0 comment:
Post a Comment