21.35
Siapa yang tidak tahu dan tidak kenal dengan nama Emily Bear?. Dia adalah pianis cilik yang sudah terkenal dan hangat ditelinga pecinta Piano dan pecinta musik classic.
Sayangnya, masih banyak yang tidak tahu dengan dia. Satu waktu aku mendatangi sebuah distro musik, niatnya ingin membeli CD piano Emily Bear. Setelah dicari-cari tidak ada, aku mencoba menghubungi pelayan yang berjaga disana.
"Emily bear? bentar yaaah"
Aku lihat dia mengapa daerah musik Indonesia yang dia kunjungi?.
"Maas ko disini? pantes saya cari-cari ga ada disana"
"Emeli bbeer penyanyi Indonesia kaan?"
GUBRAAAAK!!!. Sedih dan kesal aku dia tidak tahu siapa Emily Bear.
"bukan maas dia pemain piano cilik yang udah punya album sendiri, saya cari albumnya kemana-mana ga ada. Di albumnya ada sheet music song booknya sendiri mas."
"oooh begitu mba, ga ada mba hehe"
Seisi distro menertawakan si mas-mas yang menyangka Emily Bear adalah penyanyi legendaris Indonesia. WHAT?!!.
"But who can say what's best? That's why you need to grab whatever chance you have of happiness where you find it, and not worry about other people too much. My experience tells me that we get no more than two or three such chances in a life time, and if we let them go, we regret it for the rest of our lives." — Haruki Murakami (Norwegian Wood)
12 jam tak kunjung selesai semua kegamangan dan peperangan kata mengelilingi sudut rumah. Aku bukan tak usaha. Aku bukan hanya ingin menuntut keinginan ku agar terkabul. Aku IRI dengan perbedaan hak anak. Setiap anak berhak menyatakan pendapat kan?. Aku bukan memaksa. Apa yang salah dengan pendapatku?. Apa yang salah dengan ucapanku, disetiap kata aku bergumam selalu ada list berita yang menilai aku adalah negatif.
Subscribe to:
Posts (Atom)